H. Agus Salim |
Namun, seiring dengan waktu, para pemilik gerah juga dengan arus pemberitaan Hindia Baroe yang kerap mengkritik pemerintah Belanda dengan keras. mereka meminta Salim melunak. Tak perlu berlama-lama, keesokan harinya, ia langsung mengajukan pengunduran diri. Mohammad Roem, salah seorang yang menganggap Agus Salim sebagai mentor politik, bertanya, "Mengapa reaksinya begitu kontan? Mengapa tidak berusaha mencari waktu agar tidak tergesa-gesa pindah rumah, karena pendapatan sekonyong-konyong berhenti dan tidak dapat membayar sewa rumah lagi?" Salim menjawab panjang-lebar.
Intinya ada di ujung, "Kalau saya terus menulis, hanya ada dua kemungkinan: saya tidak mempedulikan permintaan pemilik harian atau saya menyerah dan berkompromi dengan hati nurani saya," ujar Salim (Mohammad Roem, 1977). (baca selanjutnya)
Tulisan ini dipublikasikan di Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa -- Agus Salim, Diplomat Jenaka Penopang Republik
0 komentar:
Posting Komentar